Cuma Kemungkinan? Mungkinkah?

Tiga orang dengan tanggal Ulang Tahun yang sama.

Dua orang di antaranya punya umur yang sama.

Dan

Ketiganya pernah mengikat perasaan saya….

Cuma Kemungkinan? Mungkinkah?

Dia yang namanya sering saya ucapkan dari saat pertama kali saya kenal sosok seorang pria. Pertama kalinya saya memberikan perhatian khusus pada sosok seorang pria. Sosok pria pilihan. Sering menghampiri tiap mimpi saya. Dia seakan selalu bisa membaca pikiran saya. Sosoknya yang hangat, lembut dan dewasa selalu menjadi bagian terbaik dari saya mengenal dia.

Lalu,

Dia yang entah jarang bertatap langsung, bahkan mungkin tak pernah. Entah kenapa saya bisa mempercayakan hati ini untuk mencantumkan namanya. Sampai tersebut selalu namanya dalam doa saat di depan Raudhoh, Ka’bah saat umroh yang lalu dan dalam doa-doa sholat saya sampai saat ini. Suka? Cinta? kagum? apa ini yang terpikir dan saya rasakan? Saya seakan terikat olehnya sampai detik saya menulis ini.

Kemudian,

Dan, Entah dia datang dari mana. Dia datang saat saya memutuskan untuk menutup diri dari perasaan terhadap seorang pria. Dua kebetulan masih mungkin. Tapi ini… Dia seakan menjadi orang ketiga yang membuat saya tersadar, apa ini sebuah pola yang Allah berikan untuk saya?

Dari dia saya merasa mengenal sosok pria berkarakter. Ini penilaian saya saat itu. Darinya saya baru merasakan bagaimana rasanya di perhatikan oleh seorang pria. Oh.. mungkin saat itu saya baru merasakan namanya diperhatikan (belom sampai level dicintai).

Dia datang dengan fakta masa lalu yang tak bisa dilepas begitu saja. Fakta hubungan darah yang tak bisa di pungkiri. Apa saya menerima hal itu? Saat itu, iya…. Iya, dia pernah menikah dan punya anak. Itu fakta yang saya dapat langsung darinya.

Hubungan ini tidak berlanjut. Well, belum ada yang pasti antara kami saat itu. Hanya sampai tahap pengenalan. Mungkin saya harus bersyukur untuk itu, karena saya akan menjadi sahabat yang paling jahat jika diteruskan. Dan Allah memberikan saya kemudahan untuk ikhlas melewati masa-masa kegalauan itu.

Menyesal?

Tidak.. Saat saya memilih untuk jalan dengannya. Karena saat itu saya ingin mengenal sosok dia. Saya ingin mencari jawaban jika memang dia adalah bentuk kebahagian yang sudah di rancang Allah SWT untuk saya.

Saya menyakiti hati sahabat saya? Iya, karena ternyata kami belum cukup dewasa untuk menyelesaikan masalah ini.

“Jangan pernah meminta untuk memilih antara persahabatan dan cinta”. Saya benci part itu.

Sekarang,

Kembali dalam kesendirian dan kebebasan bersyarat atas hak seorang wanita yang ingin mengenal dunianya. Sampai tiba waktu untuk mengarui dunia yang baru.

Bismillah…