Disini… Kini… [Part 3]

Bismillah,

Pagi ini saya memulai hari dengan meditasi. Tumben, kali ini sampai lebih dari 30 menit. Biasanya 15 menit saja saya sudah tersadar harus bangkit dan mengerjakan hal yang lain. Tapi, pagi ini, setelah semalam saya tidak bisa tidur sampai jam 2 pagi. Ketika bangun tidur, saya langsung pergi ke teras kemudian memindahkan beberapa tanaman yang ada di kursi lalu duduk di antara tanaman. Matahari belum terlalu muncul, namun suara burung sudah saling bersautan. Kebetulan memang di teras saya ada beberapa burung peliharaan Bapak yang sudah bersautan dari waktu shubuh. Jam saat itu masih menunjukkan pukul 06.05 pagi.

Saya duduk di kursi, bersadar pada pegangan kursi, memakai headset ke telinga, dan mencoba memejamkan mata untuk memulai meditasi. Sengaja hanya satu headset saja yang saya pasang, supaya saya masih dapat mendengar kicauan burung.

Kemudian, mulai menarik napas.

Sesaat pikiran saya masih sangat ramai dengan suara-suara yang sama seperti tadi malam. Saya mencoba menangkap satu suara yang cukup kencang berputar di pikiran saya. Mungkin saat itu saya tidak sadar kalau kening saya sedang berkerut karena mencoba mengejar dan menangkap satu suara yang berputar dalam pikiran saya saat meditasi pagi ini.

Dapat!

Sambil menarik napas kembali, saya terhenti pada satu suara itu. Saya mengenalnya. Suara itu masih suara yang sama yang tinggal lebih dari 16 tahun terakhir ini. Tarikan napas saya tiba-tiba menjadi tidak teratur. Pendek dan terseok. Tangan saya menggenggam pegangan kursi, raga ini sepertinya ingin melawan suara itu, ingin bicara dan memintanya untuk berhenti, tapi hati ini rasa masih melawan membuat suara itu makin bergerak bebas di pikiran saya.

Berhenti!

Saya mencoba mengatur napas saya, untuk kembali kepada kondisi sadar bernapas. Saya bicara dengan suara itu. Saya tidak akan melawannya lagi, tidak juga menolaknya, tidak juga mengabaikannya. Suara itu akan tetap ada,

Napas saya kembali tidak beraturan, sesekali terseok. Masih ada yang melawan dalam diri saya. Teringat akan hal-hal yang sudah terlewati. Kembali ke masa lalu.

Saya mencoba menarik napas lagi walau masih terseok. Air mata saya menetes.

Saya tersadar. Saya tidak ingin melawan. Saya juga tidak bisa menolaknya. Saya tidak bisa mengabaikannya. Saya sadar, semua ini harus di terima.

Kembali menarik napas. Masih terseok.

Suara itu mulai saya lepas seiring saya melepaskan napas, kembali sadar.

Sadar, masih mendengar suara itu

Sadar, dia akan selalu ada, jika saya mengizinkannya.

Sadar, bahwa semua yang sudah terjadi, ya sudah.

Sadar, di sini kini tempat saya.

Sadar, semua sudah baik adanya.

Dan Sadar, bahwa ini Qadarullah Wa Ma Sya’a Fa’al, Allah sudah mentakdirkan dan apa yang Dia kehendaki Dia lakukan.

 

Disini… Kini… [Part 2]

134 hari kemudian. Tepat hari ini, 30 Juni 2020. Saya rasa sudah tidak perlu meneruskannya lagi. Seperti sudah tahu akan kemana arah semua ini. Mungkin harus saya anggap saja, saya cukup mengenal lebih dari yang kamu tahu.

Sepanjang perjalanan pulang dari kantor hari ini, saya teringat sesuatu. Sebuah postingan feed Instagram milik @calvinchandra.

“What is the point of a broken heart?” – Mengenali diri melalui kegagalan cinta.

Pada halaman berikutnya tertulis, “Hubungan cinta dan patah hatiku yang pertama terjadi pada usia 29. Tua? Iya. Tapi jatuh cinta dan patah hati pada usia itu memberi sebuah perspektif yang mungkin tidak akan sama kalau aku mengalaminya pada usia sepuluh tahun lebih muda: bahwa dalam hubungan yang gagal pun ada hal berharga yang bisa di temukan. C.S. Lewis berkata: “To love at all is to vulnerable” dan rasanya ia benar. Being vulnerable allows your true self to reach out beyond the cracks of your shell.

Membaca ini, saya kemudian terdiam cukup lama dalam satu halaman feed ini. Di dalam gerbong MRT yang saya naiki saat ini hanya berisi saya seorang. Ibu Jari saya menahan layar handphone supaya tidak mengunci otomatis dan tetap menampilkan feed yang sedang saya baca saat ini.

“Bukan ini”.

“Bukan seperti ini rasanya”.

Pikiran saya seperti bicara sendiri. Jari sebelah kiri saya sambil mengetuk kursi MRT yang kosong di sebelah kiri. Membentuk irama. Tok..Tok.. Tok Tok Tok.. Tok..

“Iya, yakin bukan rasa yang seperti ini”

“lebih kepadaaa… KECEWA!”

Lalu…

“Tapiiiii, kecewa datang pada saat kepercayaan diingkari bukan?”, pikiran saya berbicara lagi.

Seakan menjawab pertanyaan tadi, kemudian, “lalu, apa yang di ingkarinya?”. “Memangnya salah satu pihak ada yang menjanjikan sesuatu?”.

INHALE…

Kemudian di halaman berikutnya dari feed yang masih saya baca.

“Dua gelas kosong tidak bisa saling mengisi”

Ya, mungkin seperti ini. Kita hanya dua gelas kosong yang tidak bisa saling mengisi. Aku mengisi wadah punyaku, kamu pun demikian. tapi bukan di wadah “kita“.

Hadirmu di hadapanku mungkin hanya sekedar mengisi gelas kosongmu. Dan hadirku di hadapanmu ingin membawa gelas kosongku dan menunggu kamu mengisinya. Dan tanpa sadar, kita minum di gelas masing-masing.

Aren’t we wrong?

Satu hal yang saya sadari dari semua ini.

“Bahwa semua tidak perlu berlebihan berupaya memastikan. Di hidup ini, tidak semuanya bisa kita pastikan.”

“Sadari”

“Terima”

“Tersenyum”

“Yang sudah.. YA SUDAH”

Maka, hadirkan diri.. DISINI.. KINI..

Part 2

Disini… Kini.. [Part 1]

Sore itu rasanya saya ingin menjauh dari semua hal yang terjadi. Tidak membaca pesan di whatsapp, menerima telepon ataupun membuka social media, baik itu facebook maupun instagram. Tidak juga punya keinginan untuk pulang cepat ke rumah. Rasanya hari itu ingin pergi ke Lapangan Banteng sambil menunggu sunset.

Lapangan Banteng jadi salah satu tempat favorit saya di Jakarta saat ingin mencari sunset. Area terbuka yang luas, setelah di pugar menjadi salah satu pusat aktivitas yang ramai saat sore.  Mulai dari olah raga, foto-foto, mengunjui area bermain anak, menonton pertunjukkan air mancur maupun hanya sekedar bercengkaraman sambil duduk dan menghidup udara sore Jakarta.

Saya suka menghabiskan waktu di Lapangan Banteng hanya sekedar menghirup udara sore, menanti adzan magrib dari Mesjid Istiqlal dan di temani matahari terbenam yang kadang berwarna merah, kadang biru.

Sayangnya sore itu hujan turun cukup deras, beruntung saya masih bisa sampai di MRT Cipete Raya sesaat hujan turun dengan derasnya. Alhasil, sore itu saya habiskan di dalam statiun MRT, duduk di salah satu kursi sambil melihat orang-orang yang lalu lalang keluar masuk kereta MRT yang datang.

Muncul satu persatu pertanyaan mengenai kejadian hari itu, apa maksud semuanya?

Pikiran saya kemana-mana. Hati ini tidak tenang.

Baru saya merasa menemukan jawaban atas satu pertanyaan, muncul lagi pertanyaan berikutnya dan berikutnya lagi seperti antrian orang-orang yang berdiri di eskalator menuju ruang tunggu kereta MRT. Mendahului pertanyaan-pertanyaan yang sudah ada sebelumnya. Berjalan cukup kencang bagai putaran waktu, menembus dimensi.

Kadang pertanyaan itu datang dari masa lalu, dan kemudian loncat menjadi pertanyaan akan masa depan, mungkinkah?

Terlalu jauh saya berfikir. Lelah!

Akhirnya saya pulang setelah sholat Magrib. Masih belum saya temukan jawaban dari semua pertanyaan yang datang. Sesak!

Part 1

 

“New Normal” (setelah pandemic COVID-19).

Sudah 68 hari tepat hari ini sudah saya lewati di rumah saja. Mungkin ada teman-teman yang lebih lama dari saya atau mungkin malah masih ada yang tetap beraktifitas selama pandemic dan PSBB di berlakukan.

Terakhir masuk kantor 19 Maret 2020. Dan semenjak itu hanya sesekali saya harus keluar rumah hanya untuk tujuan ke ATM atau membeli sesuatu yang tidak di dapat Mama di pasar.

Lalu, apakah pandemic COVID-19 sudah membawa banyak perubahan dalam hidup teman-teman?

Untuk saya pribadi, 40 hari pertama terasa sangat menyenangkan menikmati hari-hari dirumah. Karena kebetulan saya juga sedang punya kegiatan dengan target 40 hari (diluar pekerjaan kantor), ikut kelas online dan lainnya. Selain itu juga harus ikut menjaga dua ponakan yang masih kecil. Saya sangat menikmati hari-hari membaca buku dengan tenang, browsing sambil mengerjakan tugas dari kelas online yang saya ikuti.

Jujur, semenjak berita tentang perkembangan COVID-19 di Indonesia, saya kurang percaya dengan warga Indonesia sendiri, termasuk pemerintah. Karena itu saya cukup tegas dan keras untuk orang-orang di rumah, terutama Bapak yang masih saja keluar rumah hanya karena bosan. Rasanya kesal banget, tapi ya harus pelan-pelan bicara sama Bapak untuk yang satu ini. Kenapa kita harus khawatir, bukan karena ada bayi dan balita di rumah, tapi semua orang yang ada di rumah adalah orang yang riskan terhadap COVID-19, apalagi Bapak dan Mama dengan riwayat Jantungnya.

Dan selama masa #dirumahaja selain kerja, saya jadi punya banyak kegiatan baru dan kebiasaan baru, seperti :

1.Meditasi       

Semenjak #dirumahaja, saya jadi mengenal tentang mindfullness dan meditasi. Sekarang jadi suka meditasi, dua kali sehari, setelah sholat shubuh dan sebelum tidur. Cukup 20-30 menit saja dan ternyata meditasi ini cukup membuat tenang pikiran. Meditasi ini mengajarkan saya untuk sadar dalam mengatur napas dan sadar dengan kondisi yang terjadi saat ini. Saya jadi lebih tenang dan tidak terbawa terlalu jauh dengan berita dan kecemasan yang terjadi di luar rumah.

2. Membatasi Sosial Media.

Dengan banyaknya berita yang ada di televisi tentang perkembangan COVID-19 baik di Indonesia maupun di dunia membuat tingkat kecemasan saya semakin menuju paranoid. Lihat Bapak yang baru datang dari luar rumah, langsung saja saya suruh cuci tangan, ganti baju, saya tanya habis ngobrol dan ketemu sama siapa saja, sampai kalo perlu saya suruh mandi. Di sosial media pun juga begitu kencangnya berita tentang virus COVID-19 ini. Akhirnya saya memutuskan untuk membuka sosial media hanya di jam-jam tertentu dan durasinya hanya 15-30 menit.

3. Memasak                                                                                                                                     

Di bulan kedua selama di rumah saja, sudah mulai bikin saya gelisah. Hahaha. Buku sudah mulai bosan dibaca, mainan Sembo blok dan puzzle sudah hampir habis untuk di kerjakan, sosial media pun terasa membosankan. Akhirnya, mulai merambat ke dapur. Berawal pengen makan mie ayam kampung, kemudian nyari resepnya di IG dan besoknya ternyata Mama dah beli semua bahan dari pasar dan dimulailah saat itu, besoknya, dan selama bulan puasa jadi sering scrolling resep di instagram.

4. Berkebun

Satu hal yang selalu bikin saya penasaran adalah berkebun. Ga punya kebun atau lahan untuk berkebun sih, tapi lumayan ada media untuk sedikit tanaman di rumah. Kegiatan ini juga baru dimulai di bulan Mei. Jadi hasil dan perkembangannya masih belum keliatan. Masih di tahap mempelajari proses semai benih di beberapa media.

5. Ibadah   

Alhamdulillah… Barakallah, hal paling positif yang saya rasakan selama dirumah. Banyak waktu untuk muhasabah, menyadari banyaknya kesalahan yang sudah di buat selama ini. Sadar menjadi manusia yang penuh dosa. Selalu ingin bersimpuh, memohon ampun untuk semua kesalahan yang sudah dilakukan. Memohon, meminta perlindungan hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’alla.

Ternyata, tanpa kita sadari pandemic COVID-19  membawa banyak perubahan dan semua kembali kepada kita bagaimana menyikapinya. Apa yang terjadi di luar kendali dan tidak bisa kita hindari. Pandemic COVID-19 memberikan banyak pelajaran dari banyak aspek. Buat saya pribadi, pelajaran mengenai kesadaran diri menerima keadaan, hidup berdamai dan sadar walau dalam kecemasan dan kekhawatiran.

Sadar akan kondisi di sini kini. Sadar bahwa kita hanya manusia yang kecil dan butuh pertolongan dan lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’alla.

لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ

Lā haula wa lā quwwata illā billāhil ‘aliyyil azhīmi

Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang maha tinggi lagi maha Agung.”

download

 

Kuliah 1 : Adab Menuntut Ilmu

Bismillah,

Bahwa pada hakikatnya manusia diciptakan adalah untuk beribadah pada Allah Subhanahu Wa Ta’alla. Al-Qur’an dan hadist yang dibawa oleh Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah Subhanahu Wa Ta’alla sebagai kitab petunjuk bagi manusia hidup di dunia sampai akhir zaman.

“Dan Tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali beribadah kepadaKu” – Qs.Adzdzariat : 56

Allah Subhanahu Wa Ta’alla menciptakan manusia dengan potensi :

  1. Akal – Akal ini yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lain.
  2. Kebutuhan Jasmani
  3. Kebutuhan Naluri – Eksistensi diri, keinginan melestarikan keturunan (naluri seksual),koneksi dengan Tuhan. Dorongan yang muncul dari naluri ini namanya adalah keinginan dan hal ini adalah wajar, karena Allah Subhana Wa Ta’alla yang menciptakannya. Keinginan ini ibarat perhiasan dalam kehidupan manusia.

Dalam Islam, Kebutuhan sifatnya adalah wajib untuk di penuhi. Sedangkan jika sifatnya adalah keinginan/kebutuhan naluri/hawa nafsu harus di atur secara benar bagaimana agar dapat di penuhi secara ajaran Islam

Dengan adanya kebutuhan dan keinginan akan membentuk dorongan pada manusia untuk melakukan aktivitas/kegiatan. Dan dalam melakukan aktivitas/kegiatan ini apakah ini di bolehkan dalam agama dan norma yang ada?

IBADAH dalam konsep Islam tidak hanya 5 Rukun Islam (Pilar Islam). Sedangkan dimensi Ibadah sendiri adalah tentang :

1. Hubungan dengan Allah – Aqidah dan Ibadah
2. Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri – Bagaiamana kita mengurus diri kita sendiri. Seperti, Akhlak, Disiplin dan kejujuran diri, cara makan dan minum, cara berpakaian, cara berdoa, dsb
3. Hubungan Manusia dengan Manusia Lain – Konsep Ekonomi, Politik, Hukum, Pendidikan, Sosial, Hubungan social, dsb.

IBADAH artinya adalah bagaimana kita menyembah Allah SWT dan Allah menerima amal sebagai sesuai yang Allah ridhoi. Karena itu kita sebagai manusia sesuai kemauan Allah SWT.

Karena itu, IBADAH membutuhkan ILMU.

Pentingnya ILMU ini memberikan derajat yang sangat tinggi untuk orang-orang yang berilmu.

“Katakanlah apakah dapat disamakan orang yang berilmu dan yang tidak berilmu?” – QS. Zumar : 9

“Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat” – QS. Al-Mujadallah : 11.

“Siapa yang berjalan menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga” – (HR Muslim)

“Siapa yang mengajak orang kepada suatu jalan yang baik, maka ia mendapat pahala sebanyak pahala yang mengikuti dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun” – (HR Muslim)

Dalam menuntut ilmu, ada sebuah konsep yang wajib di pahami oleh seorang muslim.

1. HADHARAH

Sekumpulan pemahaman tentang kehidupan. Dimana dalam kehidupan ini, hidup adalah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’alla dan Allah Subhanahu Wa Ta’alla akan meminta pertanggung-jawaban dari kita. Bersifat khas dalam sudut pandang agama atau budaya bagi orang yang meyakininya.

2. MADANIYAH

Bentuk benda-benda fisik yang dapat dirasa indera yang digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Bersifat umum dan khas. Contoh : bidang keilmuan umum, sains, teknologi, robot, computer, kendaraan yang merupakan hasil dari ilmu pengetahuan (madaniyah umum). Sedangkan perayaan tahun baru, perayaan hari ibadah umat tertentu (madaniyah khas).

Bagaimana pengamalan terhadap konsep Hadharah dan Madaniyah ini adalah :

1. TA’ATSUR

Hanya boleh terpengaruh dengan ideologi islam dan seluruh peradapan (hadharah Islam). Haram ta’atsur terhadap ideology atau ide di luar islam.

2. INTIFA’

Boleh memanfaatkan benda dan ilmu yang tidak mengandung hadharah.

Adapun Adab dalam menuntut Ilmu adalah :

1. Niat Ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta’alla
2. Rajin berdoa
3. Bersungguh-sungguh
4. Menjauhkan diri dari perbuatan maksiat
5. Tidak boleh sombong dengan ilmu yang dimiliki
6. Mendengarkan, menyimak, memahami, dan menghapalkan dengan baik pelajaran yang di sampaikan.
7. Tidak boleh merasa malu dalam menuntut ilmu
8. Berusaha mendakwahkan ilmu pengetahuan yang sudah didapat.

Wasalam,

Materi : Adab Menuntu Ilmu
Kelas : Syifa Binti Abdullah
Fasilitator : Ustadzah Khutbah
Bengkel Diri Angkatan 8

#adabilmubd8syifa
#adabilmusyari
#syifabintiabdullah
#bengkeldiriangkatan8
#irmabachtiar

[JALAN-JALAN] RAMMANG RAMMANG, bag.2

Setibanya di Dermaga III pada Desa Berua; sampai disini saya kira wisata sudah selesai. Hampir anti klimaks, karena belum melihat tempat-tempat yang seperti saya liat di Google. Hahahaha.

Tapi ternyata saya salah. Dengan biaya masuk sebesar tiga ribu rupiah per orang, kami masuk ke Desa Berua.

Masya Allah.. Allah Maha Besar.. Teman-teman akan disajikan dengan suasana desa yang bagaikan lukisan karya alam sejauh mata memandang. .
Kolam ikan, hamparan sawah, ternak, pegunungan kapur, rumah-rumah tradisional. Landscaping yang hampir sempurna.

20663824_10155602436458756_7963535342932594659_n

Menurut warga sekitar, Desa Berua ini hanya di huni oleh 10 kepala keluarga saja yang hanya mendiami 10 rumah saja.

Beruntung Bapak banyak berbicara dengan penduduk setempat, jadi bisa dapat banyak cerita langsung dari penduduk setempat. Hahaha

Hampir semua penduduk di Desa Berua ini berprofesi sebagai petani. Namun sayangnya saat kami datang sedang bukan musim tanam. 

20638492_10155602434983756_5395240918582779112_n

[JALAN-JALAN] RAMMANG RAMMANG, bag. 1

Salah satu tempat wisata alam di Makassar yang wajib di kunjungi. Tempat ini belum cukup di kenal, jadi masih sangat alami.

Desa Rammang rammang. Desa ini tepat berada ditengah-tengah kawasan pegunungan kars. Dikelilingi dengan tebing-tebing besar dari pegunungan Kars.

Dalam bahasa Makassar, “rammang” berarti “awan” atau “kabut”. Jadi desa ini bisa di katakan sebagai desa awan. Karena menurut cerita warga sekitar saat berbicara dengan Bapak, bahwa desa ini saat pagi selalu di tutupi awan atau kabut.

Lokasi rammang rammang terletak di desa Selerang, Kecamatan Bontoa, Maros. Kira-kira sekitar 49.6 km dari utara pusat kota Makassar. Sekitar 1.5 jam – 2 jam perjalanan.

Kebetulan kami berangkat dari hotel sekitar jam 8 pagi dan sampai di sana jam 9 pagi.

Untuk bisa masuk ke Desa Rammang rammang, kita harus melewati sungai Pote dengan menggunakan perahu.

Biaya untuk perahu sendiri mulai dari 200 ribu – 350 ribu. Tergantung pada kapasitas perahu. Kami menyewa perahu dengan kapasitas 7-8 orang dengan biaya 250 ribu rupiah.

20664707_10155602236403756_4880579976177920716_n
Ada tiga dermaga untuk menuju Desa Berua. Kebetulan kami memulai dari Dermaga I. Dari dermaga I menuju Desa Berua akan memakan waktu 40-60 menit. Karena lokasi dermaga I berada di paling ujung.

Teman-teman akan di suguhi pemandangan yang tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata. Pertama mungkin akan ada perasaan takut karena kita harus menyusuri sungai yang mirip seperti film “Anaconda”… Hahaha

Selanjutnya saya sendiri sampai tidak berhenti bersyukur bisa melihat keindahan alam ini. Tebing-tebing tinggi, ekosistem tumbuhan gambut dan rangkaian batu-batu di beberapa titik sungai.

Masing-masing dari dermaga di sungai ini punya beberapa kelebihan. Teman-teman juga bisa mampir di beberapa spot bebatuan yang bagus untuk di foto.

Bagi teman-teman yang memulai dari Dermaga II. Untuk menuju dermaga III akan memakan waktu lebih cepat, sekitar 20-30 menit.

20708048_10155602335378756_4464276940014353052_n.jpg

 

[KULINER] ES PALLUBUTUNG

Selain memesan Es Pisang hijau, saya juga memesan Es Pallubutung.

Es Pallubutung ini tidak berbeda jauh dengan es pisang hijau.
Bedanya hanya pisang tidak di balut dengan adonan warna hijau.

Pisang hijau di biarkan tanpa balutan adonan hijau. Lengkap dengan tambahan bubur sumsum, es dan siraman sirup merah khas makassar..
😍😍😍😍😍😍😍

20621886_10155595818338756_4690829070321254134_n
Lokasi : Kios Kawaii / Kios Hawaii
di jalan Ranggong tepatnya di ujung jalan Ranggong yang tembus ke jalan di Pantai Losari
Harga : Rp. 15.000,-


#KhasMakassar
#Kuliner
#Dessert
#PulangKampung
#Jalanjalan
#EsPallubutung

[KULINER] ES PISANG IJO

Siapa yang ga kenal kuliner satu ini. Salah satu dessert khas dari makassar.

Es Pisang Ijo 😍😍😍

Pisang raja yang manis dan lembut di kukus, kemudian di balut oleh adonan tepung berwarna hijau. Kemudian di kukus. Di sajikan dengan bubur sumsum, es dan di siram sirup merah khas makassar.

Langsung nyessss rasanyaaa… Hahaha

Kebetulan malam ini saya janjian dengan salah satu teman Volunteer yang pindah ke Makassar. 
Dan di ajaklah sama bang Ian / @xtianpal ke salah satu resto yang menyajikan es pisang ijo yang enak. 
20638834_10155595805533756_8200934898429929393_n

Nama Resto : Kedai Kawaii / Kedai Hawaii
Harga seporsi Es Pisang Ijo adalah Rp 20.000
#EsPisangHijau
#KhasMakassar
#Kuliner
#Jalanjalan
#PulangKampung